Suara Flores - Dalam situasi saat ini, Rupiah Indonesia menghadapi dilema yang cukup signifikan terkait penguatan Dolar AS.
Pesona Rupiah sebagai mata uang yang menguntungkan dalam carry-trade kini meredup karena volatilitasnya dan margin keuntungan yang tipis dibandingkan dengan pasar dolar.
Selisih antara obligasi pemerintah AS dengan durasi 10 tahun dan obligasi pemerintah Indonesia, yang pernah mencapai 7,5 persentase poin, kini hanya tinggal dua poin.
Baca Juga: Tiga Aspek yang Terpengaruh Pelemahan Kurs Rupiah, Mengapa?
Nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dollar AS telah mencapai Rp 16.163 per dollar AS. Angka tersebut tumbuh 1,99 persen dibandingkan penutupan terakhir Rp 15.848 per dollar AS.
Kuatnya dolar Amerika Serikat (dolar AS) menyebabkan tekanan pelemahan berbagai mata uang negara lain, termasuk nilai tukar rupiah.
Untuk merespon situasi ini, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter negara telah melakukan sejumlah langkah strategis.
Salah satunya adalah dengan melakukan intervensi pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.
Baca Juga: Dampak Indikator Ekonomi AS yang Kokoh Terhadap Pelemahan Kurs Rupiah
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menegaskan bahwa Bank Indonesia akan terus melakukan intervensi pasar guna menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.
Namun, perlu diingat bahwa intervensi pasar bukanlah solusi jangka panjang. Diperlukan kebijakan-kebijakan ekonomi yang komprehensif dan berkelanjutan untuk mengatasi pelemahan Rupiah, seperti reformasi struktural dan peningkatan daya saing ekonomi.